Adab Periwayat Hadits


Adab periwayat hadits adalah harus bertujuan benar, menghindari dusta, menyampaikan hadits yang masyhur, meriwayatkan hadits dari orang-orang siqah dan meninggalkan hadits munkar. Tidak menyampaikan apa yang terjadi dikalangan ulama salaf. Mengenal zaman. Menjaga diri dari kesalahan, kekeliruan, kesalahan baca, dan penyimpangan.

Meninggalkan senda gurau, menghindari hasutan dan mensyukuri nikmat Allah karena dia telah berada di dalam derajat Rasulullah sebagai penyampai hadits. Memelihara sikap tawadhu’ dan menjadikan sebagian besar dari omongannya bermanfaat bagi kaum muslimin, baik berupa hal yang wajib, sunnah dan adab mereka di dalam menjelaskan kitab Allah Azza wa Jalla.

Tidak membawa ilmunya kepada para menteri (pejabat pemerintah) dan tidak mendatangi pintu para penguasa, sebab hal tersebut akan merendahkan kredibilitas para ulama dan menurunkan kualitas ilmu mereka tatkala bermaksud mengajarkannya kepada para penguasa dan orang-orang kaya. Tidak meriwayatkan hal-hal yang tidak diketahui asal-usulnya dan tidak membacakan apa-apa yang tidak ada di dalam kitabnya. Tidak berkata ketika ada orang yang menbacakan sesuatu kepadanya. Berhati-hati agar tidak mencampurkan satu hadits ke dalam hadits lain.

Menu